JAKARTA
- Pelaku penyadapan memiliki berbagai cara untuk mengetahui data penting maupun
isi percakapan ponsel pengguna. Ketua Lembaga Riset Keamanan Cyber dan
Komunikasi (CISSReC) Pratama Persadha menjelaskan bahwa melakukan penyadapan
tidaklah sulit.
Kasus
penyadapan terus berlanjut, setelah sebelumnya Plt Sekjen PDIP Hasto
Kristiyanto mengaku disadap KPK, kini anggota tim 9 Nurcholis juga mengaku
tengah disadap. Ramai-ramai pemberitaan penyadapan membuat kita bertanya,
seperti apa sebenarnya penyadapan itu.
“Prinsipnya
semua yang lewat jalur komunikasi bisa disadap. Dengan ketersediaan alat,
teknologi dan sistem, melakukan penyadapan lebih mudah dari memasak mi instan,”
ujar Pratama Persadha, Ketua Lembaga Riset CISSReC, Pakar Keamanan Cyber dan
Komunikasi melalui keterangan resmi kepada Wartawan
Diterangkan
Pratama, penyadapan bisa dilakukan dengan beberapa cara, dari mulai metode yang
pasif sampai aktif. Penyadapan pasif dilakukan dengan mengambil info dari Base
Transceiver Station (BTS) milik provider.
“Dengan
intersep langsung ke BTS, penyadap bisa mengambil semua informasi, baik SMS,
Voice sampai data. Ini dilakukan tanpa harus melakukan penetrasi ke handphone
target sadapan. Penyadapan pasif seperti ini tidak bisa dideteksi, karena tidak
mengubah informasi apapun,” jelas pria kelahiran Cepu ini.
Ada
juga penyadapan yang dilakukan institusi resmi dengan menggandeng provider.
“Penyadapan dengan menggandeng provider hampir mustahil diketahui. Karena kita
tidak akan merasakan apapun. Baik telepon maupun SMS akan berjalan normal
seperti biasa. Karena informasi didapatkan penyadap langsung dari
provider," ujar Pratama.
Sementara
itu, penyadapan aktif dilakukan dengan menggunakan bantuan BTS buatan atau BTS
semu. BTS semu ini berfungsi mencegat sms, data maupun voice via OTA (on the
air) sebelum menuju BTS asli. "Dalam proses intersep ini, penyadap bisa
saja memodifikasi pesan, bahkan bisa bertindak sebagai pengirim pesan. Jadi ini
sangat berbahaya karena bisa manipulasi informasi,” terang mantan ketua tim IT
Kepresidenan dari Lembaga Sandi Negara ini.
Penyadapan
aktif juga bisa dilakukan dengan cara Memasang bug ke dalam handphone
seseorang. "Model penyadapan jenis ini baru bisa diketahui melalui uji
forensik. Nanti akan diketahui apakah ada bug, malware atau trojan di dalam
handphone target penyadapan."
Teknologi
Enkripsi
Pengguna
secara tidak sadar menjadi korban dari penyadapan. Adapun untuk mengetahui
apakah seseorang disadap tidaklah mudah. "Untuk mengetahui adanya
penyadapan secara OTA (on the air) memerlukan alat counter surveillance signal
detector and spectrum analyzer. Bisa menjangkau frekuensi 20 Khz sampai 24 Ghz.
Alat ini bisa mendeteksi sinyal yang mencurigakan. Namun alat ini sangat mahal
dan hanya diperjualbelikan untuk instansi negara,” kata Pratama Persadha, Ketua
Lembaga Riset CISSReC, Pakar Keamanan Cyber dan Komunikasi melalui keterangan
resminya.
Demikian
pula untuk mengetahui adanya BTS semu juga dibutuhkan alat khusus yang bernama
GSM monitoring. “Dengan GSM monitoring akan ketahuan, mana saja identitas BTS
asli dan resmi dan BTS semu yang digunakan penyadap,” tambahnya.
Pratama
mengimbau agar para pejabat kita mawas diri terhadap penyadapan. Bukan untuk
menghindari KPK, namun informasi yang mereka miliki sangat rentan untuk disadap
asing dan pihak tidak bertanggungjawab. “Solusi menghindari penyadapan bukan
dengan ganti nomor, ganti handphone, ganti IMEI atau memakai telefon jadul. Itu
semua tidak akan berguna terhadap teknologi penyadapan saat ini,” jelasnya.
“Satu-satunya
yang bisa melawan aksi penyadapan adalah dengan teknologi enkripsi dan
kriptografi. Itulah teknologi antisadap yang paling ampuh. Dengan teknologi
antisadap khususnya produk dalam negeri, minimal kita bisa menjaga informasi
sensitif dari sadapan asing dan pihak yang tidak bertanggungjawab,"
pungkas Pratama.
Baca Selengkapnya »